Administrasi 5G oleh pemerintah , yang diterapkan oleh operator seluler, tetap sangat terfragmentasi, hanya tersedia di area komersial atau perkotaan seperti kantor dan tempat tinggal elit. Operator seluler yang berkomitmen mengimplementasikan 5G di Indonesia masih dipegang oleh tiga operator, antara lain Telkomsel, Indosat Ooredoo Hutchison, dan XL Axiata. Kehadiran 5G sendiri membuka banyak peluang besar untuk ketersediaan jaringan dan kecepatan akses di berbagai wilayah.
Salah satunya di bidang industri atau manufaktur, pariwisata, kesehatan, pendidikan, transportasi dan ekonomi untuk kepentingan umum yang dapat dimanfaatkan oleh setiap individu atau masyarakat Indonesia pada umumnya. Namun, implementasi jaringan 5G di Indonesia juga tampaknya masih jauh. Hal ini terlihat dan terdengar dalam diskusi dengan Qualcomm, Telkomsel dan Kementerian Komunikasi dan Informatika (Kominfo).
Marvani selaku Vice President Network Engineering and Design Telkomsel menjelaskan bahwa Indonesia belum siap mengimplementasikan jaringan 5G karena menghadirkan banyak tantangan terutama di bidang infrastruktur yang belum memadai.
Tantangan termasuk ketersediaan jalan, penggunaan sistem energi surya, infrastruktur jalan yang terbatas, transportasi, dll. Namun, selalu ada tantangan, selain biaya dan juga dari sisi komersial,” ujarnya kepada tim Gadgetren.
Selain itu, Marvani mengungkapkan bahwa 5G agak berbeda dari 4G, karena 5G awalnya tersegmentasi untuk aplikasi tertentu yang membutuhkan latensi rendah, seperti
Ketersediaan frekuensi 5G 2.3GHz dengan kecepatan maksimal 30-40MHz masih terbatas. Idealnya, harus 60MHz dan lebih di Indonesia. Faktanya, semuanya harus ditentukan apakah itu akan diluncurkan di jaringan pribadi atau publik dan ada banyak faktor yang akan menentukan itu.”
Telkomsel sebagai salah satu operator 5G di Indonesia saat ini mencakup 30 wilayah dan akan terus bertambah. Telkomsel juga bekerja sama dengan pihak terkait untuk menonaktifkan dan menggunakan kembali 3G untuk keperluan 5G di Indonesia.
Jelas, frekuensi yang lebih tinggi seperti mmWave diperlukan untuk memperluas jaringan 5G yang ada. Pada kesempatan yang sama, Aju Widya Sari, Direktur Komunikasi Administrasi Publik PPI Kominfo, mengatakan pemerintah masih melakukan analisis dan kajian untuk jaringan gelombang milimeter, mmWave atau ASO-5G.
Begitu juga menurut regulasi, ketersediaan jaringan 5G private belum ditentukan dan pemerintah saat ini sedang melakukan kajian yang lebih mendalam, menurut Aju. Pemerintah dikatakan memprioritaskan 13 proyek pengembangan 5G di kota-kota besar untuk menggelar 5G di masa depan, termasuk perumahan, industri, pertambangan, kesehatan dan pariwisata.
Wilayahnya sendiri meliputi DKI Jakarta dan sekitarnya, Bandung, Yogyakarta, Surabaya dan ibu kota Indonesia yang baru akan dipindahkan ke Penajam Paser di Kalimantan Timur. Shani Ong, Country Director Qualcomm Indonesia, menambahkan kerja sama ini sangat penting untuk terwujudnya jaringan private 5G.
“Kami telah bekerja dengan Microsoft pada sebuah chip ke cloud yang menggunakan jaringan 5G pribadi yang dibuat secara otomatis yang tidak lagi perlu diintegrasikan dan diuji sebelumnya, sehingga akan dikomersialkan dengan sangat cepat,” tutupnya.