Latar Belakang adanya Kurilkulum IPAS
Selama revolusi industri dan sosial 5.0, struktur sosial mengalami transformasi dan perubahan yang cepat, hubungan sosial bergantung pada teknologi, beberapa jenis pekerjaan hilang, warga negara memiliki peluang yang sama dan daya saing yang setara. Periode Revolusi Industri menimbulkan tantangan sekaligus peluang bagi institusi pendidikan. Pendidikan merupakan aspek yang berperan dalam pengembangan sumber daya manusia yang cerdas dengan meningkatkan, meratakan, Dan memperluas akses layanan pendidikan yang berkualitas dan memanfaatkan perkembangan teknologi. komunikasi, berpikir kritis dan kreativitas. Untuk mewujudkan pendidikan yang berkualitas, diperlukan perangkat kebijakan sebagai landasan hukum dan landasannya harus dikelola oleh negara.
Untuk memasuki era globalisasi dan internasionalisasi khususnya di bidang perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi, pemerintah melalui Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Nadiem Anwar Makarim menyampaikan sambutan pada acara Hari Guru Nasional (HGN) 2019, menimbulkan kehebohan dalam konsep “Pendidikan untuk Belajar Mandiri”. Konsep ini merupakan bagian dari lembaga pendidikan dalam meningkatkan mutu pendidikan dan perlu fleksibel terhadap kebebasan dan keterbukaan diri sebagai lembaga pendidikan yang dapat berperan nyata dan memberikan kontribusi bagi kemaslahatan umat, khususnya di era sekarang ini. Dari revolusi industry dan masyarakat 5.0. Seiring berjalannya waktu, pendidikan tidak hanya dilihat sebagai sektor pelayanan publik (public good), tetapi juga sebagai investasi efektif yang mendorong pertumbuhan di bidang lain dan pembangunan di Indonesia. Pendidikan merupakan acuan kemajuan bangsa dan negara, memiliki peran yang sangat strategis dan merupakan inisiator penentu kemajuan suatu negara. Oleh karena itu, setiap pemimpin pendidikan mengharapkan untuk dapat menghasilkan hasil dimana peserta didik memiliki pengetahuan dan keterampilan yang diharapkan oleh semua pihak. Dari situ diperlukan konsep, kebijakan dan program pendidikan yang tepat, berorientasi dan terapan.
Dalam kurikulum mandiri, IPA dan IPS digabungkan menjadi Ilmu Pengetahuan Alam dan Sosial (IPAS), dengan harapan agar anak dapat mengelola lingkungan alam dan sosial dalam satu kesatuan. Selain itu, pada program pembelajaran mandiri terdapat pembelajaran berbasis proyek untuk penguatan profil siswa Pancasila yang ditempuh minimal 2 kali dalam satu tahun ajaran.
IPAS membantu siswa mengembangkan rasa ingin tahu tentang fenomena yang terjadi di sekitar mereka. Rasa ingin tahu ini dapat mengarahkan siswa untuk memahami bagaimana alam semesta bekerja dan berinteraksi dengan kehidupan manusia di bumi. Pemahaman ini dapat digunakan untuk mengidentifikasi berbagai masalah yang dihadapi dan mencari solusi untuk mencapai Tujuan Pembangunan Berkelanjutan. Prinsip dasar metodologi ilmiah dalam pembelajaran IPAS akan membentuk sikap ilmiah (rasa ingin tahu yang tinggi, berpikir kritis, kemampuan analisis, dan kemampuan menarik kesimpulan yang masuk akal) akan perkembangan intelektual siswa.
Tujuan utama yang ingin dicapai dari pembelajaran IPAS di program SD/MI/Paket A bukanlah banyaknya isi materi yang dapat diserap siswa, tetapi kemampuan siswa untuk menggunakan ilmu pengetahuan yang disampaikannya. Sadar bahwa anak-anak di program SD/MI/Paket A selalu melihat segala sesuatunya apa adanya, utuh dan terpadu, maka pembelajaran IPA dan IPS disederhanakan menjadi satu mata pelajaran, yaitu IPAS.
Namun, hal ini mengaburkan batas antara IPA dan IPS, sehingga siswa terbiasa untuk memahami IPA sebagai pelajaran yang berkaitan dengan alam, dan IPS mengacu pada manusia dan interaksi sosial. Sehingga membuat siswa bertanya-tanya tentang perubahan yang terjadi pada hal-hal baru. Lalu ada pola pikir guru yang nyaman dengan kurikulum lama. Selain itu, masalah lain yang dihadapi adalah mendorong universitas untuk mengubah kondisi penerimaan. Jika persyaratan masuk lab tidak diubah, program prototipe akan kurang menarik.
-
SOLUSI
Dengan adanya kebijakan konsep belajar mandiri, khususnya dengan adanya program prototipe, warga sekolah merasa sesuatu yang baru terjadi terlalu cepat. Hal ini memaksa warga kampus untuk beradaptasi dengan kurikulum yang ada yang cepat berubah. Oleh karena itu, perlu dilakukan pemberdayaan adaptasi, khususnya kebutuhan sosialisasi, guna menanamkan pemahaman konsep pendidikan IPAS pada guru, sehingga guru dapat memperdalam pemahamannya dalam proses belajar mengajar IPAS. bahasa yang lebih mudah dipahami anak-anak daripada sains. kombinasi dari dua disiplin ilmu yang saling eksklusif. Selain pengaturan tentang penilaian, transkrip dan penilaian masuk sekolah, juga perlu untuk mengatasi dan menyesuaikan mekanisme penilaian IPAS untuk memfasilitasi pendaftaran di pendidikan lanjutan dan pendidikan tinggi. Kursus pelatihan dan seminar juga diperlukan bagi guru, khususnya guru kedua mata pelajaran ini untuk beradaptasi dengan perubahan tersebut dan meningkatkan inovasi dan kemauan untuk berkolaborasi dengan guru dari semua disiplin ilmu untuk membahas topik di luar pengetahuan mereka sebelumnya.
-
PENUTUP
Salah satu turunan dari konsep ini adalah kurikulum arketipe yang menggabungkan pembelajaran IPA dan IPS dalam IPAS. Hal ini dilakukan untuk membantu siswa mengembangkan rasa ingin tahunya tentang fenomena yang terjadi di sekitarnya. Rasa ingin tahu ini dapat mengarahkan siswa untuk memahami bagaimana alam semesta bekerja dan berinteraksi dengan kehidupan manusia di bumi. Pemahaman ini dapat digunakan untuk mengidentifikasi berbagai masalah yang dihadapi dan mencari solusi untuk mencapai Tujuan Pembangunan Berkelanjutan. Namun perubahan yang terjadi begitu cepat sehingga siswa dan sekolah merasa kaget dengan perubahan yang begitu cepat, memaksa siswa dan sekolah untuk beradaptasi dengan menerapkan perlunya sosialisasi guna mengatasi pendalaman pemahaman konsep IPAS bagi guru, sehingga guru dapat memberikan pemahaman yang lebih mendalam. pemahaman menggunakan bahasa yang lebih mudah dipahami bagi anak-anak bahwa IPAS merupakan gabungan dari dua kontinum. Dengan ini kegiatan tersebut diharapkan siswa dan sekolah mampu beradaptasi dengan cepat.