Pandemi Menjadi Penyebab Krisis di Dunia Pendidikan

Pendidikan adalah proses yang membawa orang dari siapa mereka menjadi apa yang seharusnya, dengan transformasi yang menggabungkan visi akademis dengan visi evolusioner. Diharapkan adanya pemahaman dalam proses pendidikan bimbingan dan arahan yang diberikan kepada peserta didik untuk mencapai kedewasaan memainkan perannya dalam kehidupan secara mandiri dan tidak bergantung pada orang lain.

Pandemi yang melanda dunia selama dua tahun terakhir tidak hanya berdampak pada sektor ekonomi, sosial, dan politik. Pendidikan menjadi salah satu faktor utama yang terkena dampak pandemi saat ini. Dunia menghadapi kenyataan bahwa pandemi bukan hanya krisis kesehatan, tetapi juga pendidikan. Tuntutan pemerintah terhadap pendidik untuk mengutamakan pengalaman belajar siswa dan kegagalannya dalam memenuhi tujuan kurikuler dapat diterima sebagai bentuk manajemen krisis, tetapi bukan sebagai respon terhadap kenormalan baru.

Mengingat hal ini, metode pengajaran dan pembelajaran telah berubah secara dramatis. Kegiatan belajar mengajar yang biasanya tatap muka harus dilakukan melalui sistem online atau pembelajaran jarak jauh (PJJ). Semua sekolah secara otomatis mengubah rencana pengajaran mereka pada waktu yang sama. Pendidik perlu memahami teknologi dan lebih kreatif, karena pembelajaran perlu tetap menyenangkan dan membuat anak tetap tertarik untuk belajar.

Pendidikan berbasis teknologi adalah keniscayaan. Kekhawatiran guru dan orang tua tentang dampak negatif penggunaan teknologi di kelas tidak ada hubungannya. Tantangan umum adalah apa strategi dan model pembelajaran berkemampuan teknologi terbaik yang dapat memberikan siswa pengalaman belajar yang berharga. Harapannya, ketika masalah ini diatasi, learning loss tidak akan terjadi atau diminimalisir. Belajar pada kerugian menunjukkan bahwa siswa berasumsi bahwa mereka telah kehilangan atau belajar apa-apa, dan karena itu pengetahuan dan keterampilan mereka menurun.

Solusi yang ditempuh selama masa pandemi antara lain pembelajaran virtual dan ruang belajar untuk memenuhi kebutuhan belajar siswa. Ruang belajar diharapkan dapat memberikan kesempatan, sarana dan prasarana serta sumber daya manusia untuk mendukung kegiatan pembelajaran, pertukaran ilmu dan dokumentasi ilmu. Sekolah harus memiliki cukup hal-hal ini. Komponen ruang belajar yang harus dipenuhi dalam kegiatan pembelajaran meliputi penyediaan ruangan dan peralatan, jaringan internet dan intranet, akses sumber belajar, kesempatan belajar dan dukungan teknis.

Sedangkan pembelajaran virtual merupakan sistem pembelajaran jarak jauh yang bertujuan untuk mempermudah dan menyempurnakan metode pembelajaran dengan menggunakan internet. Jarak dan waktu tidak lagi menjadi masalah dalam proses pembelajaran dalam konsep pembelajaran virtual.

Ciri-ciri pembelajaran yang menerapkan konsep pembelajaran virtual adalah:

A. Ada sebuah pemisahan antara guru dan siswa.
B. Sistem pembelajaran terbuka (akses terbuka dan pilihan bebas berbagai sumber belajar dan jalur proses pembelajaran)
C. Berbasis jaringan

Konsep pembelajaran virtual tidak dikembangkan untuk menggantikan pembelajaran tatap muka. Menggabungkan pembelajaran tatap muka dengan konsep pembelajaran virtual akan memungkinkan peningkatan kualitas pembelajaran serta peningkatan efektivitas dan efisiensi pengajaran.

Lalu bagaimana dengan sekolah di daerah terpencil? Yang memiliki infrastruktur terbatas dan kemampuan bantalan lainnya? Inilah saatnya bagi para guru untuk berbagi ide dan menunjukkan kreativitas, produktivitas, dan loyalitas mereka. Tantangan berharga bagi guru yang tidak dikenal.

Sejauh ini, cara guru mengintegrasikan teknologi ke dalam kelas bervariasi. Sebagian besar penggunaan teknologi berasal dari inisiatif guru yang memiliki latar belakang atau pengetahuan tentang teknologi tertentu tetapi belum menjadi kebijakan yang diselenggarakan atas dasar perubahan pendidikan. Tentu saja, transformasi semacam itu membutuhkan persiapan dan investasi yang sangat besar. Selain menyiapkan infrastruktur dan kurikulum, pengelola sekolah juga perlu melatih kembali para guru untuk menguasai teknologi pendidikan mutakhir dengan sangat cepat.

Sistem pengajaran berbasis teknologi dengan pembelajaran jarak jauh sudah menjadi perubahan besar dalam pola belajar guru di masa pandemi. Namun sistem ini juga menciptakan pola negatif pada diri siswa. Karena guru dan siswa bertemu di tempat yang berbeda daripada di satu kelas, terkadang aktivitas mereka tidak ideal. Selain asosiasi mereka dengan tanda, gaya hidup mereka juga berubah. Di atas segalanya tentang disiplin dan etika.

BACA JUGA  Dari ukuran-ukuran sisi segitiga berikut :

Kehidupan mereka menjadi lebih santai dan beberapa anak yang mereka temui di lapangan kehilangan rasa hormat terhadap guru mereka. Dengan pemikiran ini, sudah ada banyak kekhawatiran tentang penggunaan teknologi yang seharusnya tidak muncul. Anak-anak tampaknya lebih nyaman dengan teknologi, dan tidak dapat disangkal bahwa hal-hal buruk terjadi. Beban dan konsekuensi ini telah menjadi tugas orang tua dan guru saat ini.

Memasuki masa normal baru pascapandemi, dimana kegiatan belajar mengajar akan kembali 100% dan pertemuan tatap muka kembali di sekolah-sekolah, berbagai persiapan telah dimulai. Acara tatap muka dilakukan secara bertahap sesuai dengan batasan PTM di daerah masing-masing. Tugas kita sebagai pendidik dalam menghadapi new normal ini adalah mengembalikan keadaan dan kondisi pembelajaran di sekolah sedemikian rupa sehingga proses pembelajaran tidak terulang dalam kekisruhan.

Di garda depan pemulihan pendidikan, guru memiliki tanggung jawab untuk memulihkan hasil belajar akibat berbagai kendala dalam kegiatan pembelajaran yang dilakukan selama pandemi Covid-19. Namun, memulihkan pendidikan pascapandemi bukan hanya komitmen dari para guru. Di sisi lain, guru harus mendapat dukungan dari berbagai pihak terkait, baik melalui penyediaan sarana, prasarana, kebijakan dan peningkatan kapasitas yang memadai maupun melalui kesejahteraan guru dan pengembangan profesional berkelanjutan.

Beberapa hal yang dapat dilakukan guru pascapandemi adalah:

1. Guru harus terlibat dan memiliki kemampuan manajerial dan pemasaran. Oleh karena itu, sekolah perlu mendukung gurunya dalam perkembangan teknologi.

2. Orang tua berpelukan karena saat ini, terutama setelah pandemi, orang tua kritis terhadap kondisi sekolah.

3. Memotivasi siswa akan pentingnya literasi. Dengan literasi, siswa mendapatkan lebih banyak pengetahuan yang dapat berguna dalam kehidupan mereka saat ini dan masa depan, baik itu literasi media, literasi komputer, literasi sains, literasi sekolah, dll.

4. Memberikan pemahaman agama yang lebih jelas sehingga siswa dapat mengidentifikasi pro dan kontra menggunakan teknologi agar tidak mengambil langkah yang salah dalam hidupnya.

Semoga dengan artikel ini bermanfaat bagi para pembaca, sekian dan terima kasih.